PHD Diary

Taman bermain pada umunya yang tersebar di Colchester

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Insyaallah akan menyempatkan lagi untuk nulis blog. Saya pribadi lebih prefer nulis daripada bikin vlog. kerasa lebih tulus untuk berbagi. hehe. Tapi mungkin akan cukup membosankan karena tadinya saya sekedar mau bikin checklist apa yang sudah saya lakuin sepanjang hari. Tentunya yang berkaitan dengan perkuliahan. Ide ini dapet dari vlog (lho) sembari nyari motivasi / tips kuliah PHD. Salah satunya: Tulis apa yang sudah kamu lakukan! Selain untuk dokumentasi, kayaknya itu juga bisa jadi penyemangat pribadi kalau kita sudah melakukan sesuatu di hari ini (ga procrastination seharian. kekeke). Udah mau liat ASANA lagi, trus kepikiran, lanjutin ngeblog lagi aja deh. Siapa tau bisa ngasih manfaat ke orang lain. Sebagai muslim kan kita diajarin, nanam pohon biar nantinya bermanfaat untuk binatang aja bisa jadi jalan ke Surga, apalagi yang dapet manfaat manusia.

Untuk tulisan yang pertama ini, saya mau berbagi pengalaman (bukan tips apalagi trik, karna cara ini mungkin cuma berlaku untuk saya sendiri) mulai lanjut kuliah lagi di program S3 University of Essex, Colchester, UK. Ada beberapa hal yang menurut saya layak untuk dibagikan. Mulai dari IELTS, minta rekomendasi ke dosen, nyebar email ke calon supervisor, dan lain lain. Saya mulai dengan IELTS. Karena menurut saya, bagian ini yang paling banyak mendapatkan porsi selama proses persiapan. Dan, IELTS ini hal yang ga bisa ditawar untuk bisa daftar kuliah di luar negeri. Jadi kemampuan bahasa Inggris yang “cukup” adalah profil calon mahasiswa. Beda dengan beberapa institusi di negara kita dimana skor penguasaan bahasa Inggris menjadi salah satu profil lulusan. Tentunya ada alasan dibalik perbedaan kebijakan ini.

“Kalau bisa gratis, kenapa cari yang berbayar”. Sebagai orang Palembang, saya masih memegang erat prinsip ini ;d Termasuk urusan IELTS. Alih-alih ikutan kursus persiapan, Saya belajar IELTS dari online course EDX dari University of Queensland. Dulu perasaan sih gratis. Tapi terakhir ngecek sekarang kayaknya udah berbayar. Tiap hari saya sempetin untuk mantengin paling ga satu sesi video di MOOC ini. Termasuk alasan milis IELTS dibanding TOEFL. Ya, tentu saja karena di Palembang adanya baru penyelenggara IELTS ;d. Daaaan sampai akhirnya saya tes dengan hasil yang alhamdulillah bagus. Overall, nilai IELTS saya 6.5, Cukup lah untuk daftar kampus di luar negeri. Bahkan sangat cukup asalkan seluruh komponen IELTS nya bagus. Qoddarullah Speaking saya kurang. Alhamdulillah dapet 5.5. Yaa kata orang sini, kalau belanja pake bahasa Indonesia (mungkin apalagi pake bahasa Inggris), suka dimahalin ama yang jual. Makanya Speaking bahasa Inggris saya cukup aja. hehehe. Setelah ngantongin skor IELTS, nyari calon kampus juga lebih terarah.

Tapi setelah dipikir lagi, justru lebih ekonomis kalau kita ikutan kayak IELTS preparation di lembaga bahasa. Memang keluar duit di awal yang cukup gede sih. Tapi kalau dengan ikut itu, kita bisa dapet skor IELTS lebih gede, dan dengan begitu opsi kampus juga semakin fleksibel, peluang beasiswa juga semakin besar karena kebanyakan pemberi beasiswa udah punya daftar kampus yang menjadi tujuan kuliah untuk calon penerima beasiswanya. Beberapa kampus bagus juga bahkan menawarkan beasiswa. Ya tentunya untuk calon mahasiswa yang daftar di kampus mereka dong ;p. Yayasan-yayasan juga biasanya punya daftar kampus tertentu. Di akhirnya, kalau kita bisa dapet beasiswa, total uang yang bisa kita kantongin sekitar 500 juta setahun. Jadi modal uang daftar persiapan bahasa di awal tadi ga seberapa dibanding ini. Kalau kata istri saya, S3 itu harus keluar modal, dan itu termasuk modal uang (bukan cuma waktu dan tenaga). Tapi memang, mental investasi itu sulit untuk beberapa orang, kecuali investasi waktu dan tenaga (dasar pelit aja sih). Dan ya, termasuk saya ;d

Kayaknya IELTS dulu, yang lain menyusul.

Leave a comment